Minggu, 28 Desember 2014

Rek Ayo Rek Mlaku-mlaku Nang Suroboyo Carnival Night Market ( 9 - November - 2014 )

Rek ayo rek mlaku-mlaku nang Suroboyo (Artinya, Teman ayo teman jalan-jalan di Surabaya).....Begitulah gaya khas celotehan warga Surabaya. Suatu awal yang bagus mengingat di Surabaya memang sudah lama sekali merindukan adanya taman hiburan baru semacam ini. Sejak jauh-jauh hari, gema kehadiran SCMN ini telah terdengar di telinga saya. Saya menyempatkan diri untuk menuju tekape begitu mendapat info bahwa SCNM dibuka.

 
SCNM merupakan taman bermain yang hanya buka  dimalam hari saja (Jam Buka 16.00 - 24.00). Berlokasi di Surabaya Selatan, tepatnya di Jalan Ahmad Yani No. 333 (Bundaran Waru). Dari segi lokasi cukup mudah untuk dicari karena berdekatan dengan pintu keluar tol Waru-Juanda, dan gerbang keluar selatan kota Surabaya.

Sebagai warga yang baik, untuk membeli tiket masuk kudu antri ya. Berapa sich harga tiket masuknya ? Pertanyaan sama yang selalu terlontar dibenak penggemar jalan-jalan seperti saya. Pikiran istri saya yang sedang mengantri pun juga demikian, apalagi harga tiketnya diberitakan berkisar Rp. 15Rb - Rp. 25Rb (hmm, suatu hal yang tidak pasti). Namun begitu di depan loket terjawab sudah, harga tiket masuk saja Rp. 15Rb, tapi jika membeli setelah jam 18.00, harga tiketnya Rp. 20Rb (kalau Weekend, mungkin Rp. 25Rb), makanya datang lebih awal he...he...he. Tidak ada tiket terusan, dan siap-siap aja merogoh kantong lebih dalam lagi untuk naik di setiap wahana di dalamnya Anak-anak gratis dech asal tinggi badannya kurang dari 80 cm.


Tiket masuk sudah ditangan, saatnya masuk nich. Eit... tunggu dulu, masih saja selalu teringat, kebiasaan kalo beli makanan/minuman di dalam taman hiburan pastilah harganya berlipat, jadi alangkah baiknya kalo hm....he..he..he dasar pengiritan (atau pelit). Pada kenyataannya, memang beli minuman di dalam seharga Rp. 7.5Rb - 10Rb / 500 ml, nah lho. Sayangnya, petugas pintu masuk selalu memeriksa setiap pengunjung yang membawa tas. Jadi kalo bawa tas dan berisi makanan berat atau minuman, siap-siap aja gak diijinkan dibawa masuk. Berhubung tidak diberlakukannya tiket terusan, jadi saya hanya akan membahas beberapa wahana yang bener-bener gratis hehehe, dan yang menarik aja ("menarik" menurut versi saya), ye.

Galeri Suroboyo

 Pandangan pertama ketika sudah berada di dalam area, adalah sebuah bangunan bertuliskan Galeri Suroboyo, replika dari gedung Siola, gedung warisan budaya yang berada di ujung sebelah utara jalan Tunjungan. Secara tersirat, pengunjung seolah-olah diajak bernostalgia sesuai lagu khas surabaya, rek ayo rek mlaku-mlaku nang Tunjungan.



Sempatkan untuk masuk di Galeri Suroboyo berlantai 2 ini, selain gratis, bisa melihat-lihat pernik-pernik khas dan perkembangan kota Surabaya. Begitu masuk ke dalam, kami mendapati barisan nama dan foto walikota yang pernah memimpin Surabaya dari pertama hingga terkini, yaitu Ibu Tri Rismaharini, masuk ke dalam lagi terlihat angkutan rakyat, Becak. Sebelum lanjut naik ke lantai dua, perhatikan dinding-dinding, yang penuh papan bergelantungan berisi tulisan dengan gaya bahasa khas warga Surabaya. Masuk lagi ke ruang bundar, terdapat foto-foto wajah Surabaya. Naik ke lantai 2, ada beberapa monitor yang memperlihatkan kondisi lalu lintas beberapa ruas jalan di Surabaya secara live, ada juga suguhan makanan khas Surabaya, seperti tahu tek, lontong balap, kupang lontong, rujak cingur, namun sayangnya hanya bisa dipandangi dan gak bisa dimakan karena hanya replika terbuat dari plastik.

Turun dari gedung, silahkan menoleh ke kanan untuk melihat penampakan gedung Monumen Pers Perjuangan Surabaya, yaitu replika gedung yang berada di ujung selatan Jalan Tunjungan. Jam sudah menjelang makan malam, mampir dulu di Gubernuran Dine in & Show atau WIndows Of Surabaya, di Food Court ini kami bisa makan sembari menikmati untaian acara hiburan musik, ludruk bahkan srimulat yang muncul silih berganti di panggung. Yang repotnya untuk membeli makanan disini, kita harus antri lagi untuk beli kupon, herannya mau beli kupon makanan aja, lama amat antrinya, ini nich yang perlu mendapat perhatian pengelola, maju terus.

Kampung Dolanan, Kampung Arab dan Kya-Kya

Setelah sejenak melepas lelah, kita berjalan terus hingga menjumpai 3 ikon khas surabaya, yaitu Kampung Dolanan, ya sesuai namanya disinilah tempat bermain anak-anak seperti Komedi Putar (aka Carousel), berbagai stan permainan ketangkasan seperti lempar gelang, lempar bola, menendang bola, timbang menimbang, dan  seperti biasanya disediakan hadiah boneka bagi yang beruntung. Supaya tidak menghabiskan waktu, saya lewatkan dulu. Saya menuju ikon berikutnya yaitu, Kampung Arab, yang ternyata berisi stan-stan jualan camilan dan barang-barang souvenir, demikian pula dengan Kya-kya, masih dalam satu blok hanya beda penampakan gerbang saja, blok ini pula yang disebut sebagai Night Market.

Rumah Kinclong

Disebelah dalam blok Night Market, terdapat suatu wahana bernama Rumah Kinclong, tiket masuknya Rp. 15Rb. Sesuai namanya "kinclong" yang berarti mengkilap seperti iklannya pasta gigi yang memamerkan gigi disertai bunyi "cling" (susah amat penjelasannya ya). Di area ini sarat dengan lampu-lampu neon fluorescent berwarna warni. Saya sendiri tidak masuk kedalamnya karena belum tertarik. Apa isi didalam Rumah Kinclong, kalo dilihat di TV peraga yang disediakan di depan loket, terlihat seperti permainan cahaya-cahaya laser yang dipantulkan kesana kemari. Silahkan coba sendiri aja hehehe.

Art & Wax House

Pernah tahu spot wisata khas yang berisi patung lilin "Madame Tussauds" di Bangkok / Hongkong atau lukisan seni 3D ala "Art in Paradise di Pattaya"  (kalo belum tahu baca blog saya ketika wisata di Pattaya) ? SCNM pun mengklaim telah membuat tiruan wahana seperti itu, diberi nama Wahana Art & Wax House. Sambil melewati stan-stan penjual pernik-pernik dan souvenir, melangkah kearah satu-satunya jalan yang menuju ujung dimana wahana tersebut berada. Langkah kaki terhenti di area kecil seputar pintu masuk wahana ini. Cukup unik juga, disini dipajang patung raksasa tiruan Piala Oscar serta coba perhatikan lantai di dekat tiket penjualan, kita akan menemukan beberapa keramik yang bergambar bintang, nich critanya mau bikin  hand print (cetakan tangan) bintang film seperti yang ada di Avenue of Stars nya Hongkong.


Sampai disini, saya tergiur untuk masuk dan pengin tahu seperti apa isinya. Untuk pertama kalinya saya wajib beli tiket untuk masuk wahana berbayar ini. Lagi-lagi, kita harus antri di depan loket yang areanya bisa dibilang sempit, beruntung sich tidak banyak yang antri (mungkin tiketnya lumayan mahal kali, dibandrol Rp. 25Rb hehehe). Bentuk tiket masuknya seperti uang monopoli, dipecah-pecah menjadi nilai Rp. 5Rb, Rp. 10Rb, Rp. 15Rb, dan Rp. 20Rb.


Tiket saya berikan petugas pintu masuk, tanpa perlu antri lagi untuk masuk dan siapkan kamera yang mumpuni. Tra..la..la.. begitu masuk langsung menjumpai sederetan lukisan 3D didinding dan ternyata memang dibuat mirip dengan "Art in Paradise" yang pernah saya kunjungi sebelumnya, namun dengan lukisan yang berbeda. Anak-anak dan istri bersorak-sorailah tanpa dikomando langsung pasang eksyen di setiap lukisan yang dijumpai wk..wk..wk. Disesi ini hanya foto yang bisa berkata-kata, silahkan simak sendiri :)

Kalo kehabisan ide mau berpose kayak apa, bisa melihat dulu di foto-foto sebelah lukisan sebagai petunjuk praktis, bagaimana cara bergaya di depan lukisan 3D tersebut. Tiap lukisan ada foto petunjuknya, silahkan aja ditiru.

Setelah puas berpose dengan latar belakang lukisan 3D, kini saya memasuki ruangan tempat kumpulan patung-patung replika tokoh-tokoh dunia, artis, aktor, olah ragawan yang katanya terbuat dari wax (lilin), eh kayaknya terbuat dari fiber tuh. Lanjutkan adegan tanpa malu-malu disini, dengan berpose bersama patung dan silakan menilai sendiri mirip atau kagak (menurut saya sich selain Mr. Bean, pada gak mirip blas, tapi menghibur xi..xi..xi).

Masih ada beberapa patung seperti Charlie Chaplin, Albert Einstein, Tokoh tokoh pendiri ASEAN, Valentino Rossy (pembalap motor GP), Christiano Ronaldo (pemain sepak bola). Hampir 2 jam saya berkutat di dalam ruangan ini untuk berfoto ria, apalagi beberapa kali lampu penerangan didalam sempat padam. Secara keseluruhan wahana ini cukup menghibur.

Wahana Outdoor

    Keluar dari Art & Wax House, saya berjalan lagi ke area yang lebih lapang dengan berbagai permainan yang menantang, seperti Munyer Ser,  Ferrish Wheel, Tambang Mas Coaster, Roda Gila, Orbiter, Montor Edan, Go Kart, Omah Mumet, Gondal Gandul, Uber-uberan (semua namanya khas bahasa Suroboyoan). Untuk harga dari masing-masing wahana ini berbeda-beda, silahkan lihat papan petunjuknya disetiap wahana.


Perang Laser

Kalo pernah melihat film Star Wars, pasti sudah tahu adegan kontak senjata di dalam film tersebut yang menggunakan sinar laser. Sebenarnya permainan perang laser ini bukan hal baru lagi, namun jika tertarik bisa membeli tiketnya seharga Rb. 30Rb dulu, sebelum mampir ke gedung wahana perang laser. Pengunjung yang tidak ikut main bisa ikutan menyaksikan tim-tim yang berperang di dalam arena yang gelap gulita tersebut dari samping.

Untuk bermain di arena perang laser bisa melihat-lihat dulu perlengkapan senjata yang dipakai, dan arena tempat bermainnya yang gelap gulita.


Cinema 4D

Saya sekeluarga lebih tertarik untuk ke wahana sebelahnya yaitu menonton film 4D, tapi sayang sekali judul film yang hendak diputar dan terpampang di gedung wahana ini tampaknya tidak menarik, di atas gedung ada poster filmnya berjudul "Battle In Outer Space". Justru yang bisa membuat orang penasaran adalah kalimat dibawahnya yang berbunyi "Iki film paling suangar sing kudu mbok delok, rasa'no dewe sensasine...Mek ono nang kene rek...!!!" (Ini film paling unik yang harus kamu liat, rasakan sendiri sensasinya. Hanya ada di sini teman" begitu kira-kira artinya)

Berhubung pada pengin, ya udah saya suruh ikut antri aja, hingga 4 putaran saya masih belum beranjak masuk. Sistem antrinya yang satu baris dan menumpuk ke arah dinding sebelum berputar menuju ke pintu masuk yg hanya satu, menyebabkan ruang yang tidak begitu besar menjadi penuh sesak. Tanpa AC / kipas angin membuat semua pengunjung menjadi gerah dan kepanasan, untung aja pas ngantri gak ada pengunjung yang pingsan. Saya hanya membayangkan seandainya pintunya lebih dari 1 (seperti pengalaman nonton 4D di Legoland) sehingga antrian bisa masuk secara paralel, tentu akan lebih nyaman. Di putaran ke 5, saya sekeluarga baru bisa masuk ruang pertunjukannya.

Seperti film 3D, 4D, 5D lainnya, ketika masuk kita harus mengambil kacamata 3D nya. Gedung pertunjukan mampu menampung 60 orang saja (terdapat 5 baris kursi dengan masing-masing baris berisi 12 kursi) . Film mulai diputar, ya... ternyata judulnya Dracula....tapi karakternya kartun dan isi ceritanya masih menarik juga. Kursi pun bergoyang kesana kemari dan semprotan air dari pinggir lengan kursi sesekali mengiringi jalan cerita di film tersebut. Overall cukup puas kecuali sistem antriannya.

Wahana Indoor

Waktu sudah menunjuk jam 22.30 sekeluar dari nonton film 4D. Saya masih punya waktu untuk berkeliling, selain 4 wahana indoor yang sudah saya sebutkan, masih ada beberapa wahana indoor lainnya, yaitu, Lampion KBS, Sepor Sirkus, Beskop 360, Pirate Ghostship yang tentu tidak semuanya bisa saya masuki satu persatu mengingat waktu yang tersedia tidak mencukupi ditambah lagi harus antri di masing-masing wahana tersebut. Jadi akhirnya saya harus tebang pilih untuk mendahulukan wahana Kids Kingdom sebagai tujuan berikutnya, hiburan anak-anak.

 

Kids Kingdom

Sesuai namanya, area ini lebih dikhususkan untuk tempat bermain anak-anak kecil. Yang lebih menarik lagi, ada didalam gedungnya, sesuatu yang dibuat mirip seperti model theme park "Kidzania". Kalo belum tahu apa itu Kidzania, silahkan tanya mbah google. Setelah saya tiba di dalamnya, ternyata sudah sepi, banyak yang sudah pulang, ya jelas aja kan sudah jam 23.00, anak-anak kecil sudah pada pulang pengin bobok. Saya tanya mengenai aturan main kepada petugasnya, dan dijelaskan beli tiket masuknya Rp. 75Rb, bisa digunakan sepuasnya hari itu juga persis seperti sistem yang dipakai Kidzania.

Tidak seperti Kidzania yang mengandalkan sponsorship sehingga semua didesain mendekati aslinya, sedang di sini sepertinya tidak, sehingga tidak perlu kecewa jika terkesan seadanya. Sampai sejauh ini eksplorasi saya terhadap tempat hiburan baru di Surabaya ini. Waktu sudah hampir menunjuk pukul 24.00, tiba saatnya kembali ke pulau kapuk alias pulang.

Untuk keluar dari area taman hiburan ini, kita harus kembali lagi ke arah jalan pintu masuk tepatnya di depan gedung Monumen Pers Perjuangan Surabaya dan ambil lorong sebelah kiri. Tidak seperti di area permainan yang petunjuknya jelas, di area ini sepertinya petunjuk arah keluanya gak ada, sehingga banyak pengunjung yang keliru jalan, kembali ke pintu masuk, dan tentu saja terkunci.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar